PALU | Warta Sulteng –
Dialog Lokakarya pengembangan pariwisata Sulawesi Tengah bertajuk “Berani Harmoni: Wujudkan Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Tengah yang Berkelanjutan dan Inklusif” digelar di Swis-Belhotel Palu, Selasa (5/8).
Kegiatan ini merupakan inisiatif bersama antara Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah, Pemerintah Provinsi, dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Perwakilan Sulteng.
Forum strategis ini menghadirkan pemangku kepentingan, pejabat pusat dan daerah, di antaranya Deputi Bidang Industri dan Investasi dari kementerian terkait, Direktur Industri Kreatif Musik, Film, dan Animasi Kementerian Pariwisata, mantan Menteri PANRB Abdullah Azwar Anas, serta Rektor Universitas Tadulako.
Para peserta juga berasal dari berbagai OPD se-Sulawesi Tengah, pelaku usaha pariwisata, komunitas kreatif, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil.
Lokakarya dibuka langsung oleh Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid dan dilanjutkan dengan sesi diskusi panel yang dimoderatori oleh Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tadulako, Dr Suparman.
Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Palu Koordinator Sulawesi Tengah, sekaligus ketua panitia, Muzajir Tombolotutu, dalam sambutannya menyatakan bahwa pihaknya tetap ingin berkontribusi di tengah efisiensi anggaran. “Kami ingin ikut menggerakkan ekonomi Sulawesi Tengah melalui sektor pariwisata,” ujarnya.
Pertumbuhan Ekonomi Tinggi, Pariwisata Masih Tertinggal
Pimpinan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah, Muhamad Ifan Sukarna, mengungkapkan bahwa Sulawesi Tengah mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 8,69 persen pada triwulan I tahun 2025. Angka ini jauh melampaui pertumbuhan nasional yang sebesar 4,87 persen. Namun, sektor penyumbang utama masih didominasi oleh industri pengolahan, khususnya nikel, yang berkontribusi hingga 39,34 persen.
Di sisi lain, sektor pariwisata yang direpresentasikan oleh lapangan usaha akomodasi dan makanan-minuman, hanya berkontribusi 2,32 persen terhadap PDRB. “Ini menunjukkan bahwa kekayaan alam dan budaya kita belum berhasil diterjemahkan menjadi nilai tambah ekonomi yang signifikan,” ujar Ifan.
Menurutnya, pariwisata memiliki potensi efek ganda yang besar karena melibatkan pelaku UMKM, industri kreatif, dan sektor pendukung lainnya. Oleh karena itu, diperlukan strategi menyeluruh untuk membangun tidak hanya destinasi, tapi juga ekosistem pariwisata yang berkelanjutan dan inklusif.
Infrastruktur Jadi Kunci: Bandara Harus Naik Status
Gubernur Anwar Hafid dalam sambutannya menegaskan bahwa pengembangan infrastruktur menjadi kunci penggerak sektor pariwisata. Salah satu prioritas yang kini diperjuangkan Pemprov adalah peningkatan status Bandara SIS Al-Jufri Palu menjadi bandara internasional sekaligus bandara hub untuk wilayah Sulawesi.
“Kalau status bandara kita naik, otomatis maskapai akan mengarahkan rutenya ke Palu. Ini penting untuk membuka pintu wisatawan dan memperkuat konektivitas,” tegas Gubernur.
Langkah ini sejalan dengan arahan Presiden untuk memperbanyak bandara internasional di daerah. Selain status bandara, Gubernur juga menyoroti pentingnya akses jalan menuju destinasi wisata dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di sektor ini.
“Objek wisatanya sudah ada, tinggal infrastrukturnya kita kejar. Tapi yang tidak kalah penting adalah kesiapan SDM kita,” ujarnya.
Menuju Ekosistem Pariwisata yang Merata
Lokakarya ini juga menjadi momentum untuk merumuskan arah baru transformasi ekonomi Sulawesi Tengah. Ketergantungan pada komoditas nikel yang tidak terbarukan mendorong pemerintah dan pemangku kepentingan untuk memperkuat sektor alternatif yang berkelanjutan.
“Modal kita sudah ada: kekayaan alam, budaya, dan kreativitas. Tinggal bagaimana semua itu bisa diubah menjadi kekuatan ekonomi yang merata dan inklusif,” ujar Ifan.(od)