PALU | Warta Sulteng –
Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah menggelar babak final pemilihan Duta Guru Cinta, Bangga, dan Paham (CBP) Rupiah di Ruang Kasiromu, Kantor BI Sulteng, Jalan Dr. Samratulangi, Palu, Kamis, (24/7).
Kegiatan ini merupakan puncak dari seleksi 65 guru dari seluruh daerah di Sulawesi Tengah yang disaring menjadi 10 besar, dan akhirnya mengerucut menjadi lima finalis terbaik dari jenjang SD, SMP, dan SMA.

Kepala Perwakilan BI Sulteng, Rony Hartawan, mengatakan, pemilihan duta guru CBP Rupiah menjadi bagian penting dalam membangun pemahaman masyarakat terhadap Rupiah melalui jalur pendidikan.
“Guru adalah garda terdepan. Jika mereka memahami dan mengajarkan CBP Rupiah dengan benar, siswa dan masyarakat pun akan membentuk perilaku cinta, bangga, dan paham terhadap Rupiah sebagai simbol negara,”* ujarnya.
Kegiatan ini merupakan puncak dari seleksi 65 guru dari seluruh daerah di Sulawesi Tengah yang disaring menjadi 10 besar, dan akhirnya mengerucut menjadi lima finalis terbaik dari jenjang SD, SMP, dan SMA.
Sebagai informasi, BI Sulteng sudah bekerja sama dengan provinsi untuk menyusun silabus CBP Rupiah. Lewat dinas pendidikan juga sudah mendistribusikan materi ke sekolah-sekolah. Bahkan ada pelajaran khusus yang dimasukkan ke dalam kurikulum.
Kelima finalis yang tampil dalam lomba adalah Magfirah (SDN 16 Palu), Yunus (SMAN 1 Ampana), Siti Nur Wahdinah (SMA Al Azhar Mandiri Palu), Farid (SMP Al Azhar Mandiri Palu), dan Halia (SMAN 5 Palu).
Mereka mempresentasikan materi edukasi Rupiah selama 15 menit di hadapan tiga dewan juri: Prof. Wahyuningsih dari Untad, Arya Tandju selaku praktisi public speaking, dan perwakilan dari BI.
Pemenang pertama akan mewakili Sulawesi Tengah ke tingkat nasional, dengan hadiah uang tunai Rp10 juta, disusul juara dua Rp7,5 juta, juara tiga Rp5 juta, serta masing-masing Rp1 juta untuk harapan satu dan dua.
Melalui program ini, BI berharap literasi Rupiah tak hanya berhenti pada pengetahuan ciri fisik uang, tetapi juga mendorong perilaku masyarakat dalam merawat uang agar tetap layak edar dan menghindari peredaran uang palsu.
“Kami ingin membentuk agen perubahan dari sekolah, mulai dari guru hingga siswa. Ini investasi jangka panjang untuk menjaga martabat dan efisiensi pengelolaan Rupiah,”* pungkas Rony. (Od).