PALU, WARTA SULTENG –

Menjelang perayaan Natal dan , para pedagang bambu dan rempah asal Kabupaten Sigi, , memanfaatkan momen ini untuk meraup rezeki di pasar musiman yang hanya ada setiap bulan Desember. Salah satu titik ramai adalah di Jalan Miangas, Kota Palu.

Pasar musiman ini mulai aktif sejak 22 Desember dan akan beroperasi selama 24 jam hingga pergantian tahun.

Tidak hanya umat Nasrani, keberadaan pasar ini juga dimanfaatkan oleh umat dan masyarakat lainnya, yang merasa terbantu dengan ketersediaan bahan-bahan tradisional untuk kebutuhan khas.

Para pedagang mayoritas berasal dari sejumlah desa di Palolo, Kabupaten Sigi, termasuk Desa Petimbe.

Mereka menyediakan berbagai kebutuhan, seperti bambu untuk memasak nasi bambu atau “nasi jaha,” daun gedi, rempah-rempah, dan bahan tradisional lainnya.

Riffain Walandouw, Ketua 2 2 Lolu Selatan, mengatakan bahwa pasar musiman ini sangat membantu masyarakat, terutama menjelang Natal. Ia juga berharap pemerintah setempat dapat memberikan fasilitas yang lebih baik untuk para pedagang.

“Pedagang biasanya datang tanggal 22 sampai 24 Desember. Mereka dari Palolo, seperti Desa Petimbe, untuk memudahkan warga membeli kebutuhan seperti daun, bambu, rempah, dan lainnya. Kami berharap pemerintah bisa menyediakan tenda yang layak agar pedagang lebih tertata,” ungkap Riffain.

Pasar musiman ini juga memiliki pola operasi unik. Para pedagang akan kembali ke kampung halaman untuk merayakan Natal pada 25 Desember, kemudian kembali berjualan mulai 28 Desember hingga malam Tahun Baru.

Harga kebutuhan yang dijual di pasar ini cukup bervariasi tergantung jenis dan ukurannya.

Misalnya, bambu untuk memasak nasi bambu dijual dengan harga Rp2.000 hingga Rp5.000 per ruas, sedangkan bambu untuk memasak sayur atau daging dibanderol sekitar Rp10.000 per ruas. Daun pangi, salah satu bahan penting untuk masakan tradisional, dijual dengan harga Rp5.000 per ikat.

Nasi bambu, atau yang dikenal sebagai “nasi jaha” di Sulawesi Tengah, merupakan salah satu kuliner tradisional yang banyak disajikan selama perayaan Natal dan Tahun Baru, ataupun di waktu perayaan lebaran Idul Fiti-.

Hidangan ini terbuat dari beras ketan yang dimasak dalam bambu, memberikan rasa dan aroma khas yang sangat digemari masyarakat. (Od)