DONGGALA | Warta Sulteng –

Podiu Bulava Mpongeo atau memandikan emas kembali digelar di Desa Towale, Kecamatan , .

Ritual adat yang berlangsung setiap 1 Muharram ini menjadi magnet bagi ratusan lokal maupun wisatawan dari berbagai daerah.

Prosesi adat diawali dengan pengambilan air dari empat sumber mata air. Air tersebut diambil dari sela-sela daun di Dusun Lino, Desa Tolongano; air Toporando di Desa Towale; air Uentumbu; serta pertemuan air laut dan air tawar.

Seluruh air kemudian dicampur dalam wadah besar bersama dedaunan seperti pandan dan aneka bunga sebagai simbol penyucian.

Ketua Adat Desa Towale, Arsad, menyampaikan bahwa ritual ini merupakan warisan budaya yang terus dijaga oleh masyarakat.

“Kegiatan ini menjadi agenda tahunan bagi seluruh masyarakat Towale. Tujuannya untuk melestarikan budaya, menjalin kebersamaan, sekaligus membangun semangat ,” jelas Arsad saat memimpin ritual, Minggu (7/7).

Ritual Podiu Bulava Mpongeo dipimpin oleh ketua adat berpakaian serba kuning yang membacakan dan mantra.

Air yang telah dicampur kemudian dipindahkan ke ember besar yang dikelilingi sesajen berupa telur, beras pulut tiga warna – kuning, hitam, dan putih – sebagai simbol permohonan .

Wakil Donggala, Taufik M. Burhan, yang turut hadir dalam prosesi itu menyebutkan bahwa Podiu Bulava Mpongeo telah menjadi agenda budaya tahunan Kabupaten Donggala.

“Tradisi ini sudah masuk dalam kalender event budaya Donggala. Apalagi Desa Towale dikenal sebagai desa wisata perajin tenun terbanyak yang meraih Rekor pada 2020. Ini kekayaan budaya yang harus terus kita promosikan,” ungkap Taufik.

Ritual Podiu Bulava Mpongeo tidak hanya menjadi simbol tolak bala bagi masyarakat, tetapi juga memperkuat potensi Desa Towale sebagai destinasi wisata budaya di . (*)