PALU | Warta Sulteng –

Memperingati 2025, Wahana Visi Indonesia (WVI) menggelar bertajuk “Bersama Membangun Ketahanan Pangan Berkelanjutan Melalui Model yang Inklusif” di Swiss-Bel Palu, Kamis (30/10).

Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, perwakilan Kementerian PPN/Bappenas, kelompok petani termasuk petani penyandang disabilitas, serta mitra pembangunan dari Australia.

Dalam sambutannya, National Director Wahana Visi Indonesia, Yacobus Runtuwene, menegaskan bahwa ketahanan pangan tidak hanya berbicara tentang ketersediaan hasil , tetapi juga kesejahteraan petani dan masa depan generasi mendatang.

“Anak yang sehat dan sejahtera tumbuh dari yang berdaya. Dan kemandirian keluarga itu berawal dari ketahanan ekonomi. Karena itu, bicara ketahanan pangan berarti bicara tentang keberlanjutan dan keadilan bagi semua, termasuk petani kecil, , dan penyandang disabilitas,” ujar Yacobus.

Ia menekankan bahwa perubahan iklim kini menjadi tantangan nyata yang dirasakan para petani, termasuk di wilayah Sulawesi Tengah. Suhu yang kian ekstrem dan pola yang tidak menentu, kata Yacobus, menuntut sistem pertanian yang adaptif dan tangguh.

“Kita melihat perubahan cuaca yang ekstrem, suhu bisa mencapai 40 derajat. Itu berdampak besar pada produktivitas pertanian. Karena itu, kita harus membangun sistem yang adaptif, inklusif, dan berkelanjutan,” tambahnya.

Melalui dukungan Pemerintah Australia lewat Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) melalui program Australian NGO Cooperation Program (ANCP), Wahana Visi Indonesia menjalankan program Inclusion (Increasing the Leverage of Inclusive Market across Indonesia).

Program ini dijalankan bersama World Vision Australia dan berfokus pada pemberdayaan ekonomi 5.000 rumah tangga petani di tiga provinsi: Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur.

Di Sulawesi Tengah, program Inclusion mengembangkan model bisnis inklusif untuk tiga komoditas utama, yakni jagung, bawang, dan kenari. Model ini menghubungkan petani dengan pasar secara adil dan efisien, serta memastikan kelompok rentan mendapat manfaat dari sistem tersebut.

“Kita percaya semua pihak harus bekerja bersama. Pemerintah, swasta, lembaga keuangan, dan komunitas petani harus saling menguatkan agar sistem pangan yang terbentuk benar-benar adil dan berkelanjutan,” kata Yacobus.

Menurutnya, workshop ini menjadi ruang dialog strategis bagi seluruh pemangku kepentingan untuk berbagi praktik baik dalam memperkuat ketahanan pangan di tingkat daerah.

“Semangat Hari Pangan Sedunia 2025 ini menjadi momentum untuk membangun sistem pangan yang tangguh, adil, dan berkelanjutan — demi generasi masa depan anak-anak kita,” pungkas Yacobus.

Sementara itu, Quality & Risk Unit Manager Australian Embassy Jakarta, Adri Darman, dalam sambutannya menegaskan komitmen Pemerintah Australia mendukung program-program pemberdayaan ekonomi di Indonesia Timur sejak 2016.

“Kami telah mendukung Wahana Visi Indonesia sejak program moringa hingga kini. Kami yakin keberhasilan program ini tidak bisa dicapai sendiri, melainkan melalui kolaborasi semua pihak,” ujarnya.

Melalui kolaborasi lintas sektor, Wahana Visi Indonesia berharap praktik pembangunan sistem pangan inklusif di Sulawesi Tengah dapat menjadi model berkelanjutan yang memperkuat ketahanan pangan . (Od).