PALU, WARTA SULTENG – Peringatan Hari Kekayaan Intelektual (KI) Sedunia tahun 2025 diwarnai aksi edukatif yang unik dan menyentuh langsung masyarakat. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Sulawesi Tengah blusukan ke pusat perbelanjaan di Kota Palu, Sabtu (26/4), guna menyosialisasikan pentingnya perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI).
Dengan mengusung tema nasional “Majukan Indonesia dengan Karya Kreatif & Inovatif Anak Bangsa yang Terlindungi di Era Digital”, tim dari Bidang Pelayanan Hukum dan Kekayaan Intelektual mendatangi mal, pasar modern, dan pusat grosir untuk memberikan edukasi langsung kepada masyarakat, pelaku usaha, dan komunitas kreatif.
Kepala Kanwil Kemenkum Sulteng, Rakhmat Renaldy, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya strategis meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melindungi karya cipta, merek dagang, dan desain industri, terutama di tengah pesatnya arus digitalisasi.
“Banyak pelaku UMKM atau kreator lokal yang belum sadar pentingnya mendaftarkan karya mereka. Padahal, tanpa perlindungan hukum, karya tersebut bisa dengan mudah ditiru bahkan diklaim pihak lain,” jelas Rakhmat.
Tim sosialisasi juga membagikan brosur, memberi konsultasi langsung, dan menjelaskan prosedur pendaftaran HKI yang kini sudah dapat diakses secara digital. Respons dari masyarakat cukup antusias, khususnya dari para pelaku usaha yang ingin menjaga orisinalitas produk mereka.
Sebagai bentuk perluasan layanan, Kemenkum Sulteng juga menghadirkan Klinik Kekayaan Intelektual Bergerak (Mobile IP Clinic) di Jodjokodi Convention Center (JCC) Palu, yang akan beroperasi hingga 15 Mei 2025. Klinik ini terbuka bagi siapa saja yang ingin mendaftarkan karyanya atau berkonsultasi seputar perlindungan HKI.
“Kami ingin menciptakan budaya sadar hukum di tengah masyarakat, agar mereka memahami bahwa kekayaan intelektual bukan sekadar soal legalitas, tetapi aset yang bisa mendongkrak ekonomi,” tambah Rakhmat.
Kegiatan ini menandai semangat baru dalam membumikan kesadaran HKI kepada masyarakat luas, dengan pendekatan langsung dan dialogis di ruang-ruang publik yang biasa mereka kunjungi.