WARTA SULTENG, PALU – PT. Cipta Palu Minerals (CPM), Pemegang kontrak karya pertambangan emas di Kelurahan , Palu, saat ini telah mengoperasikan Pabrik ke dua dalam mengolah kekayaan alam emas dari perut bumi.

Dari data yang di paparkan, pabrik ke dua di CPM total kapasitasnya bisa mencapai 4.500 ton per hari. Sebelumnya, produksi CPM pada pabrik pertama hanya mampu memproduksi 500 ton per hari produksi material biji emas.

“Dari soal perizinan untuk pabrik ke dua kami sudah lengkap, baik dari tecno ekonominya, kelayakan di maupun izin persetujuan lingkungannya dari ” Kata Yan Ardiansyah, Kepala Teknik (KTT) saat bersama dengan jurnalis, Rabu, (3/4/24).

Dari produksi 4.500 ton per hari di pabrik ke dua milik CPM bisa mengahsilkan 6 sampai 7 kilogram emas masih bentuk dore (batangan mulia yang mengandung campuran beberapa mineral) yang di dalamnya ada perak dan sebagainya.

“Yang ada sekarang, jika kadar 1,1 gram dengan kapasitas produksi 4.500 material bisa menghasilkan 6 sampai 7 kilogram emas dalam bentuk dore” kata Yan Ardiansyah.

Sementara itu, Amran Amier, Manager Government Relation and Permit PT CPM, mengklaim bahwa tambang itu bisa di kelolah dengan baik dan pengolahan limbah bisa dengan cara ramah lingkungan. Hal itu menurutnya terlihat dari komitmen perusahaan dengan menghadirkan teknologi terbaru yang di terapkan di PT CPM.

“Salah satu niat baik kami (PT CPM) dalam mengelolah tambang itu dengan adanya teknologi terbaru yang namanya Filter Press. Teknologi ini mampu memisahkan material padat dan material cair saat produksi” urai Amran.

Saat ini, teknologi Filter Press tengah fokus diterpakan di pabrik ke dua milik PT CPM. dari pemanfaatannya, menurut Amran material padat yang hasilkan sudah di ambang batas atau baku mutu lingkungannya telah aman.

“Karena baku mutu lingkungan aman, material padat ini setalah ada kajian teknisnya mungkin bisa di manfaatkan di buatkan batako atau lainnya” tambah Amran.

Berkaitan dengan tenaga yang ada, saat ini PT CPM sudah mempekerjakan lebih dari 2.000 orang tenaga kerja asli . Dari jumlah itu, 50% adalah tenaga kerja lokal asal Sulawesi Tengah. (Od)