JAKARTA, WARTA SULTENG – Produk air minum kemasan “Moiko” buatan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Kolonodale sukses mencuri perhatian pengunjung dan pejabat tinggi dalam IPPFest 2025. Bukan hanya soal rasa yang menyegarkan, tapi karena kisah perjuangan dan pembinaan di balik setiap botolnya.
“Ini air penuh cerita. Bukan hanya menyegarkan, tapi memberi harapan,” ujar Masjuno, Direktur Pelayanan Tahanan dan Anak, usai mencicipi Moiko di stand Kanwil Ditjenpas Sulteng, Senin (21/4).
Nama “Moiko” sendiri diambil dari bahasa Suku Mori yang berarti “bagus” — dan benar saja, air ini menuai pujian habis-habisan karena kualitasnya yang dinilai setara dengan produk komersial luar.
Bagi Kepala Kanwil Ditjenpas Sulteng, Bagus Kurniawan, Moiko adalah lebih dari sekadar produk. “Ini adalah simbol bahwa di dalam lapas, ada semangat untuk tumbuh dan berkarya. Kami tidak hanya membina, kami memberdayakan,” ujarnya.
Dengan komitmen pembinaan yang konsisten, para WBP diajarkan keterampilan dan kedisiplinan melalui praktik langsung, mulai dari pengolahan air, pengemasan, hingga distribusi terbatas.
Air kemasan Moiko kini menjadi bukti bahwa proses pembinaan yang dilakukan secara serius dan manusiawi bisa melahirkan karya nyata yang membanggakan. Dari balik jeruji, muncul masa depan.