SIGI | Warta Sulteng –
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mendorong kelompok pecinta alam untuk mengambil peran lebih besar dalam pelestarian lingkungan hidup.
Hal ini disampaikan Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra, Fahrudin D. Yambas, saat membuka Musyawarah Besar (Mubes) ke-VI Badan Koordinasi Kelompok Pecinta Alam Sulawesi Tengah (BKKPA-ST) di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura), Desa Ngatabaru, Sabtu (31/5/2025).
Dalam sambutannya, Fahrudin menekankan bahwa tantangan lingkungan di Sulteng—seperti deforestasi, pencemaran sungai, dan perubahan iklim—memerlukan partisipasi aktif semua pihak, termasuk jejaring komunitas pencinta alam.
“Kegiatan kalian bukan sekadar hobi, ini adalah aksi bela negara. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri menjaga ekosistem. BKKPA-ST bisa menjadi mitra strategis kami,” tegas Fahrudin.
Ia meminta UPT Tahura serta instansi teknis lainnya untuk lebih melibatkan komunitas dalam kegiatan konservasi dan edukasi lingkungan.
Mewakili pengelola kawasan, Kepala UPT Tahura Sulteng, Edy Sitorus, menyambut baik kehadiran BKKPA-ST di lokasi konservasi tersebut. Ia menilai komunitas bisa membantu memperluas edukasi publik tentang pentingnya hutan dan keberlanjutannya.
“Kolaborasi ini akan membantu Tahura lebih dikenal sebagai pusat konservasi, bukan hanya tempat wisata,” ujarnya.
Ketua BKKPA-ST, Didi Erwin, menyoroti perkembangan komunitas pencinta alam yang terus tumbuh di Sulteng. Namun, ia menilai pertumbuhan tersebut belum diimbangi oleh peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan manajemen organisasi.
“Banyak yang tumbuh secara kuantitas, tapi kualitasnya tidak dikelola. Kalau dibiarkan, ini bisa merusak citra gerakan kepecintaalaman itu sendiri,” katanya.
Menurut Didi, BKKPA-ST dibentuk sebagai wadah untuk mengonsolidasikan kelompok-kelompok tersebut agar lebih terarah dan berdampak positif secara nyata.
Ketua Panitia Mubes, Hardiansa Busran, menyampaikan bahwa kegiatan ini mengusung tema “Kita Tingkatkan Generasi yang Tangguh dan Berkualitas” dan berlangsung selama dua hari, 31 Mei hingga 1 Juni 2025. Acara ini diikuti jaringan komunitas pencinta alam dan beberapa lembaga nonjaringan.
“Mubes ini bukan hanya memilih kepengurusan, tapi juga memperkuat arah gerakan kepecintaalaman di Sulteng,” ungkap Hardiansa.
Dana kegiatan berasal dari kas organisasi, donatur, dan usaha mandiri yang tidak mengikat. Harapannya, forum ini melahirkan pemimpin yang amanah dan memperluas jejaring kolaborasi di bidang pelestarian alam.**