POSO | Warta Sulteng –

Festival Mosintuwu 2025 kembali digelar pada 31 Juli hingga 2 Agustus di Yosi, , Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten Poso. Tahun ini, festival mengangkat tema Taman Bumi (Geopark)” sebagai upaya mengajak masyarakat mengenali warisan geologi, hayati, dan budaya, serta mendukung usulan sebagai model pembangunan berkelanjutan.

Ketua , Lian Gogali, menyebut tema “Taman Bumi Poso” lahir dari kesadaran bersama akan pentingnya merawat bumi sekaligus merawat kehidupan. “Taman Bumi bukan hanya soal geologi, tapi tentang bagaimana kita hidup bersama alam secara seimbang. Ini adalah upaya mengenalkan kembali warisan bumi, budaya, dan kehidupan yang saling terhubung di Poso,” ujarnya.

Lian menambahkan bahwa sejak 2019, Institut Mosintuwu telah bekerja sama dengan akademisi dan peneliti dalam untuk menelusuri jejak sejarah bumi, keanekaragaman hayati, dan tradisi lokal.

“Kami menemukan bahwa tanah ini menyimpan jejak jutaan tahun yang membentuk kehidupan hari ini. Semua itu tidak bisa dipisahkan dari identitas kita sebagai orang Poso,” tambahnya.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Festival Mosintuwu 2025 lebih banyak melibatkan pelajar dari 36 sekolah yang tersebar di enam kecamatan. Mereka mengikuti berbagai lomba seperti cermat, menulis opini, pidato, hingga dongeng berbahasa daerah.

“Kami ingin generasi muda punya rasa memiliki terhadap lingkungan dan budaya mereka. Festival ini jadi ruang belajar terbuka,” kata koordinator kegiatan, Sofyan.

Sejumlah program edukatif dan budaya digelar selama tiga hari. Di antaranya adalah Museum Mini Geologi yang menyajikan sampel dari 24 titik situs geologi, lengkap dengan animasi pembentukan Pulau dan Danau Poso. Ada pula Museum Biota Danau Poso yang menampilkan kekayaan hayati endemik dan mendorong integrasinya ke dalam kurikulum sekolah.

Kegiatan budaya juga menjadi bagian penting festival. Mulai dari Modulu-dulu, tradisi makan bersama dari Lembah Bada; Molaolita, dongeng berbahasa Pamona; hingga tarian Modero yang menjadi simbol persatuan dan harmoni. Selain itu, Galeri Kupu-Kupu dan pameran seni rupa dari lokal seperti Lampurio turut dihadirkan.

“Festival ini bukan hanya selebrasi budaya, tapi juga ruang refleksi tentang siapa kita, dari mana kita berasal, dan bagaimana menjaga warisan itu untuk masa depan,” tegas Lian Gogali.

Festival Mosintuwu 2025 menegaskan posisinya sebagai ajang kebudayaan yang mempertemukan pengetahuan lokal, ilmu pengetahuan, dan ekspresi seni. Dengan semangat kolaborasi dan cinta tanah kelahiran, festival ini mendorong Poso menjadi kawasan Geopark yang tak hanya penting bagi , tapi juga dunia.**