WARTA SULTENG, LUWUK – Relawan untuk Orang dan Alam (ROA) Sulawesi Tengah mengupayakan kemandirian kelompok Daerah Perlindungan Laut (DPL) di Desa Luok dan Kelurahan Talang Batu, Kecamatan Balantak, Kabupaten Banggai.
Melalui kegiatan penjangkauan, ROA berusaha mendapatkan dukungan dari berbagai pihak untuk program kerja pengembangan perikanan skala kecil dan konservasi wilayah pesisir dan laut.
Koordinator Program ROA, Mochammad Subarkah, menjelaskan bahwa pertemuan tersebut dirancang untuk memberikan ruang bagi kelompok DPL agar bisa menyampaikan aspirasi terkait kebutuhan mereka di tingkat lokal serta dukungan yang mereka butuhkan untuk program kerja yang telah disusun.
“Dengan memberikan ruang ini, diharapkan keterampilan dan pengetahuan yang baik dapat membantu para pengelola DPL menyampaikan kebutuhan mereka sehingga bisa didengar dan ditindaklanjuti oleh para pihak,” ujar Subarkah.
“Dukungan tersebut bisa berupa penguatan kapasitas, pendanaan, maupun infrastruktur yang dibutuhkan.” Katanya.
Pertemuan dua hari tersebut melibatkan pihak swasta, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan pemerintah. Keempat kelompok ini sangat dibutuhkan oleh DPL dan kelompok usaha perempuan untuk keberlanjutan program kerja mereka di desa.
Implementasi rencana kerja DPL bertujuan meningkatkan pemahaman dan kesadaran seluruh pemangku kepentingan terkait tujuan, manfaat, dan langkah-langkah dalam perlindungan laut.
Dukungan dari berbagai pihak strategis merupakan langkah kunci untuk memastikan kolaborasi dan sinergi dalam pelaksanaan rencana kerja tersebut.
“Pengurus DPL dan kelompok usaha perempuan bisa menyampaikan apa saja pada kesempatan penjangkauan ini. Silakan dikemukakan jangan ragu-ragu, supaya didengar dan ditindaklanjuti,” tambah Subarkah.
Rizki, anggota DPL Fajar Indah Desa Luok, mengatakan mereka masih membutuhkan penguatan sumber daya manusia untuk menjalankan organisasi.
“Walaupun menghadapi kendala, kami tetap aktif dalam kegiatan bersih-bersih pantai dan pemeliharaan terumbu karang,” kata Rizki.
Senada dengan Rizki, Supriadi dari DPL Tanjung Saro, Talang Batu, menyatakan bahwa mereka juga terlibat dalam penanaman pohon waru di sepanjang pantai serta perlindungan hewan laut yang dilindungi, seperti penyu.
“Jika ada penyu yang tertangkap, kami meminta nelayan segera melepaskannya. Sejauh ini, tindakan kami berhasil, penyu-penyu yang tertangkap bisa dilepaskan kembali ke laut,” jelas Supriadi.
Menanggapi hal ini, Alvano dari Pertamina EP Donggi Matindok, menyatakan bahwa kendala sumber daya manusia dan rendahnya kepedulian sering terjadi dalam isu konservasi.
“Pendekatan edukasi ekstrakurikuler di sekolah pada anak usia sekolah bisa menjadi solusi untuk mengatasi hal ini,” saran Alvano.
Kegiatan yang didukung oleh Critical Ecosystem Partnership Fund dan Burung Indonesia ini bertujuan menyampaikan informasi komprehensif mengenai rencana kerja DPL, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perlindungan laut, serta mengidentifikasi dan memobilisasi dukungan dari para pihak strategis.
Kegiatan ini juga mendorong keterlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan dalam implementasi rencana kerja DPL. **