POSO | Warta Sulteng –
Festival seni dan budaya Tampo Lore yang baru saja digelar di Desa Hanggira, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, kembali menyoroti persoalan mendasar: buruknya infrastruktur jalan menuju kawasan wisata megalitikum di Lembah Behoa.
Kerusakan jalan di wilayah ini bukan sekadar berlubang, melainkan berubah menjadi kubangan lumpur saat musim hujan tiba.
Pantauan sepanjang jalan, kondisi terparah ditemukan mulai dari Desa Betue, Kecamatan Lore Piore, dan jalur penghubung antara Desa Torire dan Desa Bariri, Lore Tengah, Kabupaten Poso.
Di sejumlah titik, kendaraan roda empat sulit melintas dan kerap terjebak, bahkan mengalami kerusakan.
“Setiap bulan saya melewati jalur ini dan kondisinya selalu parah. Padahal potensi wisata dan ekonomi warga di Lore Tengah sangat besar. Pemerintah seharusnya mendukung dengan memperbaiki fasilitas dasar seperti jalan, jaringan komunikasi, dan listrik,” kata Ikbal, salah satu warga yang melintas di ruas antara Lore Tengah dan Lore Piore, Minggu (29/6).
Senada dengan Ikbal, Aples, warga yang berkunjung ke situs megalit Pokekea, juga mengeluhkan kondisi jalan. “Saat melintas dari Torire ke Bariri, mobil kami selalu kandas. Jalannya benar-benar memprihatinkan,” ungkapnya.
Jalur tersebut tidak hanya menjadi akses utama antar desa di Kecamatan Lore Tengah, tetapi juga merupakan penghubung antara Kabupaten Poso, Sigi, dan Kota Palu.
Selain menjadi jalur vital transportasi warga, kawasan ini juga termasuk dalam Kawasan Megalit Lore Lindu yang kini telah masuk daftar tentatif menjadi Warisan Dunia oleh UNESCO.
Warga telah beberapa kali berinisiatif melakukan perbaikan secara swadaya, namun hasilnya tidak bertahan lama. Kerusakan kembali terjadi saat hujan turun.
Kondisi ini dikhawatirkan menghambat kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, yang tertarik dengan warisan budaya megalitikum Lembah Behoa.
“Kami inginkan pemerintah daerah segera turun tangan dan mengambil langkah konkret untuk memperbaiki infrastruktur jalan sebagai bagian dari komitmen pengembangan pariwisata berkelanjutan di wilayah Lore Tengah” harap Aples.(*/od)
