WARTA SULTENG, POSO – Film ‘Sekandung Badan' merupakan karya dari komunitas Kayu Hitam, yang bertujuan menyampaikan pesan toleransi.
Film tersebut di launching saat kegiatan Kemping Padu Satu di lokasi hutan pinus Tentena, Jumat malam, (9/8/24).
Proses produksi film ini dimulai sebulan setelah Institut Mosintuwu mengusulkan ide penggarapan film yang mengangkat tema toleransi, budaya, dan lingkungan.
“Setelah melalui diskusi, kami memutuskan untuk mengangkat budaya masyarakat Poso, khususnya tradisi Pesiar atau kunjungan silaturahmi saat perayaan Natal dan Idul Fitri” kata Saifullah Mechta produser sekaligus sutradara.
Menurut Ipul (panggilan akrabnya), budaya pesiar sangat mencerminkan nilai toleransi yang kuat di Poso.
“Silaturahmi atau pesiar saat lebaran atau natal kami anggap memiliki nilai toleransi yang tinggi di kalangan masyarakat baik umat Islam maupun Nasrani” tambahnya.
Film ini melibatkan teman-teman dari komunitas pemuda di Poso sebagai pemeran, tanpa melalui proses casting formal.
Pemilihan pemeran dilakukan berdasarkan naluri dan kedekatan personal. Salah satu pemeran, Dewi, yang aktif di komunitas, diajak oleh Ipul untuk berperan dalam film ini.
Menurut Dewi, komunitas Kayu Hitam membantu para pemeran mengembangkan kemampuan akting mereka.
“Saya diajak berperan karena keterlibatan aktif di komunitas. Pengalaman ini memberikan banyak pelajaran bagi saya dalam berakting” kata Dewi.
Lius, pemeran lain dalam film ini, juga mengungkapkan bahwa keterlibatannya dalam ‘Sekandung Badan' memberikan pengalaman baru.
“Ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagi saya, pertama kali menjadi aktor dalam sebuah film,” ujarnya.
Begitupun Ryand Darmawan. Ia merasa bangga bisa berperan dan bergabung dalam komunitas Kayu Hitam.
“Saya juga terlibat dalam fim ini. Walau hanya beberapa menit berperan saya merasa senang pastinya” ucapnya.
Brony, salahsatu warga Tentena yang ikut menyaksikan pemutatan film Sekandung Badan berharap pesan toleransi yang tergambar dalam film itu pun bisa dirasakan seterusnya di kehidupan masyarakat Poso.
“Kerinduan toleransi antar umat beragama itu harus selalu terjaga. Tradisi silaturahmi ini sangatlah penting, dan kami terus akan lakukan” pungkasnya. (Od)